dikampung pohijo

Selamat Datang di BLOG Kampung pohijo yang memuat Informasi Kegiatan dan Prestasi Warga Desa Pohijo Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Jawa Tengah

Selasa, 15 Maret 2011

MENGENAL LEBIH DEKAT BUDIDAYA JAMUR MERANG (si putih yang kaya gizi)


Bila di sebut kata jamur, maka yang terlintas dibenak kita adalah jamur yang merugikan hidup manusia. Jamur dikenal sebagai mikroorganisme yang suka tumbuh subur di daerah yang lembab.  Mereka biasanya suka tumbuh di lipatan-lipatan kulit, ketiak, di bawah payudara bahkan di selangkangan. Lebih-lebih pada orang yang kurang menjaga kebersihan kulit, maka jamur akan lebih cepat menyerang dan bisa juga karena pengaruh mengkonsumsi antibiotic. Namun jamur yang kita bicarakan disini bukanlah jamur seperti di atas yang merugikan kita, namun sebaliknya, jamur yang sangat menguntungkan baik untuk produsen maupun konsumennya.
                Di kalangan masyarakat awam, mereka telah mengenal tiga jenis jamur yang aman untuk dikonsumsi, yaitu jamur tiram, jamur merang, dan jamur kuping. Nah, yang akan kita kupas disini adalah jamur merang (Vorvariella Volvacea ). Di awali dari sekelompok pemuda yang sering nongkrong di perempatan jalan persisnya didepan secretariat BKM “ SEJAHTERA BANGSAKU’, desa Pohijo, mereka sering ngobrol ngalor ngidul  mengisi waktu senggang diantara “kesibukan” sebagai pengangguran akhirnya terwujudlah sebuah kelompok tani jamur merang “ SENGKUYUNG” yang kelahirannya di bidani langsung oleh Bapak Armansyah yang merupakan dedengkot jamur merang dari desa Bulumanis Kidul. Di tambah dukungan dari PJM ( Perencanaan Jangka Menengah ) Pronangkis Program PNPM-MP diantaranya yaitu :
·         Bantuan kredit bergulir.
·         Pelatihan Bengkel.
·         Kursus Komputer.
·         Kursus baki lamaran, dll.
Maka pada tanggal 24 April 2008, kelompok petani jamur merang “ SENGKUYUNG “ resmi berdiri. Gayung pun bersambut, dari sekelompok pemuda yang memeng sudah ngebet ingin berwiraswasta, dan ditambah dukungan dari PJM Pronangkis, maka tanpa menunggu waktu, pembudidayaan jamur merang pun segera dimulai.
                Diawali dari Ibu Sulasih warga RT 02 / RW II, pembuatan kumbung pun didirikan di halaman belakang rumah tang sebelumnya terbengkalai. Denga kumbung berukuran 3 X 4 m dan menghabiskan dana sekitar Rp. 3.000.000,- hasilnya pun sudah mulai dirasakan karena pada setiap satu masa tanam dapat menghasilkan kurang lebih 75Kg jamur merang yang setiap 1Kg dapat dipasarkan seharga Rp. 17.000,-. Satu periode masa tanam biasanya hanya memekan waktu 20 hari. Karena tergiur oleh hasil yang cukup menggembirakan tadi, maka mas Kristiono  dari RT 03 / RW II pun tidak mau tinggal diam, dia pun lantas mendirikan kumbung dengan ukuran 4 X 5 m yang memakan biaya sekitar Rp. 4.000.000,- Dengan ukuran kumbung yang dimiliki, untuk sekali mas tanam dapat menghasilkan jamur merang sebanyak 85 Kg. Dari pengalaman-pengalaman diatas, maka semakin banyak warga lain yang kemudian tertarik untuk menekuni usaha budidaya jamur merang ini. Di antaranya adalah Bpk. Edy Sunarto warga RT 07 / RW II, beliau mendirikan kumbung yang lebih besar lagi yaitu dengan ukuran 5 X 7 m, dengan jumlah 10 rak yang terdiri dari dua baris yang setiap barisnya bertingkat 5. Dan yang lebih membanggakan lagi adalah beliau sudah mencoba dengan teknologi terbaru yaitu dengan menggunakan limbah kapas sebagai tambahan media tumbuh jamur ( cashing ). Hal ini bertujuan untuk meningkatkan hasil panen dan mempermudah cara pemanenan.Namun sampai saat ini belum diketahui hasilnya karena pada saat tulisan ini naik cetak, beliau belum sampai pada masa panen.
                Budidaya jamur merang merupakan bisnis yang menggiurkan, ini dibuktikan dengan ketertarikan seorang lagi warga Pohijo, yaitu Bpk. Sujarwo yang juga mencoba peruntungannya di dunia jamur. Beliau pun mendirikan kumbung yang ukuran dan teknologinya sama persis dengan yang di punyai oleh Bpk. Edy Sunarto. Setelah malang melintang di desa Pohijo, pembudidayaan jamur merang pun akhirna merambah ke desa tetangga, tepatnya desa Pangkalan. Seorang warga Pangkalan ikut-ikutan tertarik membudidayakan jamur merang karena telah mendengar dari berbagai sumber tentang prospek yang ada. Malah orang tersebut meminta anak-anak  “ SENGKUYUNG “ untuk membantu dan membagikan pengalaman untuk diterapkan di kumbungnya.
Proses
                Proses pembuatan jamur merang sebenarnya tidak terlalu sulit. Asal kita tekun dan terus mau belajar, semua orang pasti bisa. Apalagi dengan ditambah ketersediaan bahan baku ( jerami ) yang melimpah ruah di kawasan desa Pohijo dan desa-desa di sekitarnya. Jerami merupakan limbah pertanian yang kemudian ternyata dapat menambah penghasilan kita, padahal sebelumnya jerami yang tidak terpakai akan dibakar begitu saja.
Proses yang pertama adalah pengomposan :
Setelah kumbung disiapkan,maka langkah pertama adalah pengomposan jerami. Jerami yang sudah kering selanjutnya direndam dengan air bersih selama satu malam. Hal ini bertujuan agar sisa-sisa kandungan herbisida maupun insektisida larut. Setelah terendam satu malam, jerami di angkatdari air kemudian di press dangan cetakan berukuran 1 meter persegi dengan tinggi kira-kira 20 cm. Dengan demikian , pada setiap lapis jerami dengan ketinggian 20 cm lalu di taburi kapur mati. Hal ini untuk mengurang keasaman jerami ( pH ). Tumpukan pengepressan minimal adalah 8 lapis atu 1,6 m. Kita tinggal menghitung kira-kira membutuhkan jerami berapa lapis dengan ukuran kumbung yang kita miliki. ( 8 lapis jerami biasanya untuk rak dengan ukuran 80 cm x panjang 3 m sebanyak 4 rak ). Setelah pengepressan selesai, tumpukan tadi terus ditutup rapat dengan terpal dan di biarkan selama 4 hari. Bila kompos telah berumur 4 hari, maka tutup terpal dibuka dan proses selanjutnya adalah mencampurkan kompos dengan dedak / bekatul. Untuk setiap 8 lapis jerami dibutuhkan 30 Kg dedak dan pencampurannya harus homogen ( rata ), karena dedak akan berfungsi sebagai hara yang merupakan makanan jamur saat tumbuh nanti. Setelah tercampur semua, kompos kambali di tutup rapat dengan terpal  dan di biarkan lagi selama 4 hari, jadi proses pengomposan seluruhnya memakan waktu 8 hari.
Pasteurisasi
                Jika kompos sudah berumur 8 hari dan sudah agak matang ( hal ini dapat dicoba dengan menekan jerami untuk diketahui keras lunaknya ), maka kompos kemudian dimasukkan ke dalam kumbung dan di susun di atas rak yang sudah tersedia. Ketebalan penyusunan kompos adalah 50 cm untuk rak paling bawah dan semakin keatas semakin berkurang ketebalannya. Setelah kompos tersusun diatas rak, langkah berikutnya adalah pasteurisasi, yaitu penguapan dengan cara mendidihkan air yang kemudian uapnya dimasukkan kedalam kumbung dengan menggunakan selang ataupun pipa. Pasteurisasi ini harus dapat mencapai suhu 70 derajat celcius dan dipertahankan selama 4 jam.Hal ini bertujuan untuk mematikan mikroorganisme lain yang dapat menghambat pertumbuhan jamur. Pada saat pasteurisasi kumbung harus ditutup rapat,dan jangan sampai dimasuki manusia ataupun binatang ternak ( ayam, itik, dsb ).
Penanaman bibit.
Apabila pasteurisasi sudah selesai, maka kumbung dibiarkan tertutup selama 24 jam. Setelah 24 jam, bibit pun siap di tanam. Cara penanaman bibit adalah dengan cara bibit dikeluarkan dari botol dan di cerai-beraikan agar tidak ada lagi bibit yang menggumpal. Bibit ini kemudan dimasukkan ke dalam media atu di taburkan di atasnya. Jarak penanamannnya  kira-kira 10 cm. Sebelum menanam bibit, tangan harus dicuci bersih dengan alcohol ataupun sabun antiseptic.  ( dor – 78 ).


   



Tidak ada komentar: